Saat memasuki Sekolah Dasar, aku mengenal banyak sekali
teman. sahabat, teman baik, dan juga teman "sepermainan" itu. kelas
1, aku emang banyak yang suka walaupun aku gak seganteng bondan dan sebaik snow white. uhuk kelas 1 dan kelas
2 begitu membosankan. tapi saat dikelas 3, aku melirik pada pada teman
sekelasku di sekolahku. waw, ternyata
aku merasakan rasa yang "berbeda" #eaaaa entah dari mana aku
menyukainya. Menurutku dia cewek paling cantik dikelasku ketika itu.
Terlebih ketika di era ku anak2 SD sering menjodoh jodohkan
dengan teman sekelas, dan akhirnya
teman2 ku menjodohkan aku dengannya, betapa senang hatiku ketika itu, aku pun
tahu dia juga senang dengan perjodohan ala anak SD tersebut (heheheh). Itu
terbukti dia selalu tersenyum ketika temen2ku selalu menyebutkan namaku di
depan dia, dan dia selalu cari perhatian di depanku. Dari situlah aku mulai
memperhatikan dia, mulai dari potongan rambut, bajunya, sepatunya, sampai pita
dan tali rambutnya aku perhatikan dengan betul, bahkan kalo hari minggu aku
sempatkan untuk lari pagi melewati rumahnya
dengan harapan aku bisa ketemu dengan dia. Bahkan nilai pelajaran dan ranking
kelasnya aku juga perhatikan, sampai
kami lulus SD perasaan aku ke dia masih melekat, begitu juga perasaan dia ke
aku.
semuanya berjalan seperti biasa, saat suatu hari, mimpi burukku datang. hal yang tak ingin aku alami sedikitpun.Aku disuruh orang tuaku agar nanti SMP tidak bareng dengan temen2 SD ku, betapa kecewanya aku. Tapi apa daya aku harus menuruti apa kata orang tuaku. Dan secara tidak langsung aku pun harus bertemu untuk terakhir kalinya di SD. Sampai aku lulus SD perasaan itu masih terpendam dan tidak bisa dilupakan, sampai suatu hari aku disuruh untuk mengaji oleh orang tuaku di suatu majelis ta’lim. Disana aku menemukan sosok wanita yang sama cantiknya dengan dia, Cuma agak centil dari dia. Yang kelak akan menjadi pacar pertamaku.
benar2 menyentuh, Mas.
BalasHapusjelas ini dari ungkapan hati yang terdalam. *jadi terharu*
salam kenal nggih, Mas.
ijin sedot logo SD-nya. hehehehe
nuwun2